Belajar dari Rumah: Pengalaman Finlandia (Serial Diskusi Pendidikan Sekolah Sukma Bangsa Aceh)
Berikut ini beberapa hal terkait proses belajar mengajar di Finlandia yang dilakukan di masa pandemi. Dirangkum berdasarkan Diskusi online melalui aplikasi zoom, bersama Bu Satia P. Zen, dan Adik Naylan, langsung dari Finlandia.
1. Learn From Home (LFH) pertama kali diberlakukan di Finlandia pada 20 Maret 2020. Sebelum LFH diberlakukan kegiatan pembelajaran di sekolah mulai kurang kondusif pada seminggu terakhir, hingga akhirnya pemerintah mengambil keputusan untuk LFH pada tanggal tersebut. Khusus untuk siswa yang orang tuanya terlibat dalam pekerjaan yang tidak bisa ditinggalkan seperti perawat dan lainnya, mereka diizinkan untuk tetap bersekolah (khusus bagi siswa kelas rendah).
2. Sehari sebelum LFH diberlakukan, sekolah membekali para siswa mengenai tata cara LFH baik cara penggunaan aplikasi maupun cara mengakses materi pelajaran. Sekolah melalui para guru bertanggung jawab penuh dalam memperkenalkan serta mengajarkan siswa agar dapat survive selama LFH.
3. Pengalaman Naylan sebagai salah satu siswa di Finlandia mengungkapkan bahwa pada hari pertama pemberlakuan LFH pembelajaran tidak berjalan dengan baik. Masih ada siswa yang belum lancar menggunakan aplikasi yang disediakan. Namun pada masa ini para guru tidak memfokuskan diri untuk langsung belajar, melainkan masih pada tahap pembiasaan atau membangun rasa nyaman anak-anak dalam penggunaan aplikasi.
4. LFH dilaksanakan pada hari Senin sampai Jumat dengan waktu belajar diatur oleh sekolah secara beragam. Ada hari yang hanya satu mata pelajaran dan ada juga yang sampai dua atau tiga pelajaran.
5. Pembelajaran diatur secara bebas oleh guru melalui aplikasi yang digunakan. Setiap pagi para guru akan menyapa siswa melalui aplikasi serta memberikan dan menjelaskan intruksi terkait tugas atau pembelajaran yang dilakukan di hari tersebut.
6. Tugas yang diberikan guru sangat beragam dan tidak hanya fokus pada ranah kognitif semata. Para siswa juga diberikan tugas untuk melatih kedisiplinan dan social skill untuk survive seperti craft, tugas merapikan pakaian dalam lemari dan lainnya.
7. Setelah guru mengintruksikan tugas, para siswa secara mandiri menyelesaikan dan mengumpulkan tugas yang diberikan.
8. Orang tua siswa juga terlibat penuh dalam mendukung LFH. Misalnya jika ada siswa yang yang lupa mengumpulkan tugas yang diberikan, guru akan mengirimkan email pemberitahuan melalui orang tua. Guru juga menginformasikan perkembangan siswa melalui orang tua secara rutin. Sesekali dalam seminggu kepala sekolah juga memberikan evaluasi atau menginformasikan kebijakan sekolah secara umum.
9. Selama pelaksanaan LFH, ada beberapa isu atau permasalahan yang menjadi perhatian khusus orang tua siswa di Finlandia dan perlu solusi yang tepat seperti hak anak yang tidak dipenuhi oleh sekolah di masa lockdown, salah satunya hak makan siang yang biasanya difasilitasi oleh sekolah. Kemudian permasalahan keluarga atau rumah yang tidak kondusif untuk siswa belajar dikarenakan banyaknya anggota keluarga yang menempati rumah tersebut dan berbagai permasalahan lainnya.
Setelah pemaparan dari Bu Satia dan Dik Naylan, tiba saatnya peserta diskusi diberikan kesempatan untuk bertanya. Pertanyaan dibuka berdasarkan sesi. Disini saya rangkum semua pertanyaan (Q), beserta jawabannya (A).
Q : Apakah kurikulum terkait pembelajaran selama masa LFH diinformasikan oleh sekolah kepada wali murid?
A : Kurikulum atau tujuan pembelajaran diinformasikan oleh sekolah di awal semester. Untuk topik pembelajaran dikirim dalam rentang waktu seminggu atau dua minggu sekali. Kurikulum atau tujuan pembelajaran yang telah disepakati selanjutnya dievaluasi secara berkala terkait goal yang ingin dicapai apakah sudah terpenuhi atau belum.
Q : Apakah ada kesulitan yang dihadapi orang tua dalam mendampingi siswa saat LFH?
A : Diawal LFH dimulai ada sedikit kesulitan atau kendala dalam penggunaan aplikasi pembelajaran. Namun dapat diatasi dengan baik berkat bimbingan para guru. Jika kendala terkait materi pelajaran maka siswa akan mencari solusi secara langsung dengan bertanya kepada guru melalui aplikasi Whatsapp.
Q : Apakah guru dan siswa pernah melakukan pembelajaran terkait Covid-19? Bagaimana cara siswa diedukasi terkait Covid-19?
A : Guru tidak pernah melakukan atau mengaitkan materi pembelajaran dengan Covid-19. Hal ini dengan tujuan untuk meminimalisir rasa kekhawatiran siswa terkait virus yang sedang mewabah. Siswa diedukasi melalui berita atau informasi dari pemerintah setempat.
Q : Ceritakan secara singkat terkait learning diary!
A : Learning diary merupakan platfoam yang disediakan melalui sebuah aplikasi dimana siswa dapat menuangkan perasaan atau kesan (refleksi) selama pembelajaran. Refleksi yang disampaikan dapat melalui tulisan atau verbal (video atau vlog).
Q : Berdasarkan diskusi sebelumnya dengan Pak Syamsir, disebutkan bahwa setidaknya terdapat 3 tantangan dalam pelaksanaan pembelajaran daring, salah satunya kurikulum pembelajaran yang tidak siap dilaksanakan dalam kondisi pandemi seperti sekarang ini. Apakah hal ini juga terjadi di Finlandia?
A : Kurikulum pembelajaran di Finlandia sangat terbuka sehingga guru atau kelompok guru dapat dengan leluasa merumuskan topik untuk diajarkan. Sehingga meskipun dalam kondisi darurat seperti sekarang ini, para guru atau kelompok guru dapat dengan mudah melakukan revisi ulang kurikulum, tentunya dengan berbagai pertimbangan seperti kondisi siswa dan fasilitas pendukung pembelajaran yang kurang mendukung.
Q : Apakah isu fasilitas belajar daring yang kurang seperti minimnya akses internet juga terjadi di Finlandia?
A : Infrastruktur belajar seperti akses internet tidak menjadi isu penting di Finlandia. Hal ini dikarenakan penyediaan fasilitas akses internet seperti wifi yang memadai. Hampir semua rumah memiliki akses wifi yang sangat baik. Sementara itu tidak semua siswa mempunyai gadget seperti komputer atau laptop. Untuk hal ini sekolah akan memfasilitasi dengan memberikan pinjaman laptop dari sekolah.
Q : Bagaimana keterlibatan orang tua dalam mendampingi anak selama LFH?
A : Pada dasarnya anak-anak sudah dilatih dan diberikan tanggung jawab secara penuh oleh otoritas sekolah, sehingga saat pelaksanaan LFH seperti ini anak-anak sudah terbiasa untuk melaksanakan tanggung jawabnya. Keterlibatan orang tua hanya dalam beberapa bagian saja seperti jika ada anak tidak paham akan materi pelajaran yang diberikan, serta memotivasi anak untuk menyelesaikan tugas yang diberikan.
Q : Bagaimana proses pelaksanaan ujian seperti UH, UTS, bahkan US selama LFH?
A : Ujian dilaksananakan melalui aplikasi yang telah disepakati dengan siswa. Guru memposting soal atau tugas yang harus diselesaikan dan kemudian siswa mengerjakannya. Rasa saling percaya antara guru dan siswa dalam pelaksanaan ujian di masa LFH ini benar-benar ditingkatkan, dimana siswa tetap dipandang sebagai individu yang bersikap jujur dalam menyelesaikan tugas atau ujian yang diberikan.
Q : Bagaimana cara guru memberikan atau menyajikan materi pelajaran?
A : Guru menyajikan materi pelajaran melalui aplikasi yang telah disepakati dengan siswa. Materi pelajaran berupa teks tertulis (hand out) dan video. Jika ada siswa yang tidak memahami materi yang diberikan, siswa dapat langsung bertanya kepada guru melalui kontak yang telah disediakan untuk kemudian dibimbing secara individual oleh guru.
Q : Bagaimana pendapat narasumber terkait adanya siswa yang kurang partisipatif saat KBM daring? Bahkan orang tua siswa tersebut tidak dapat diajak kerjasama untuk menyukseskan KBM daring ini.
A : Otoritas sekolah sebaiknya membangun komunikasi dengan orang tua siswa bersangkutan dengan menceritakan dan menjelaskan secara rinci mengenai problem yang terjadi. Selanjutnya siswa juga diajak ngobrol dan membicarakan permasalahan yang ada berikut dengan dampak yang akan diterima jika hal tersebut terus dibiarkan.
Q : Apakah treatment atau tugas yang diberikan guru pada setiap jenjang pendidikan sama?
A : Setiap jenjang pendidikan mempunyai jam belajar dan mata pelajaran yang berbeda, semakin tinggi jenjang pendidikan siswa maka semakin tinggi dan semakin banyak pula jam belajarnya. Jika dibandingkan dengan SD, pembelajarn di SMP dan SMA lebih kompleks. Khusus untuk SMA para siswa dilatih untuk lebih mandiri seperti melalui penyediaan modul belajar oleh guru tentunya dengan beban atau target siswa pada masing-masing jenjang.
Q : Guru-guru di Findlandia terlihat sangat memahami tata cara melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya selama masa darurat seperti sekarang ini. Apakah guru sudah berpengalaman menghadapi kondisi seperti ini atau adakah para guru dibekali training khusus untuk menjalankan pendidikan di masa seperti ini?
A : Kondisi darurat Covid-19 merupakan situasi baru bagi setiap orang termasuk para guru di Finlandia. Hal ini membuat para guru pada dasarnya tidak siap menghadapi masa ini. Namun para guru harus bersikap tenang menghadapi kondisi ini dengan tujuan agar anak-anak juga ikut tenang dan tidak menimbulkan panik yang berlebihan. Para guru saling mengingatkan satu sama lain dan mencari solusi bersama baik dengan para siswa maupun dengan orang tua siswa.
Q : Bagaimana cara guru-guru di Finlandia memotivasi siswa untuk belajar?
A : Guru memotivasi siswa dengan memberikan penjelasan yang dapat dimengerti oleh para siswa. Pada dasarnya semua siswa mempunyai motivasi sendiri dalam menyelesaikan tugas yang diberikan guru. Hal ini dapat dilihat dari beberapa siswa yang secara rutin menyelesaikan tugasnya dengan cepat agar mempunyai waktu lebih banyak untuk melakukan hal lain seperti bermain dan lainnya.
Q : Apakah ada orang tua siswa yang menyatakan keberatan atau protes selama LFH dijalankan?
A : Terkait pertanyaan ini, narasumber tidak mengetahui dengan pasti. Namun berdasarkan asumsi narasumber ada beberapa orang tua yang protes khususnya bagi orang tua siswa yang anaknya masih berada di kelas rendah.
Q : Sekolah di Finlandia menerapkan sistem pertemuan diawal semester, baik dengan siswa maupun dengan orang tua siswa. Apakah pertemuan ini sifatnya hanya secara klasikal atau hanya untuk anak-anak tertentu saja? Apakah ada bukti tertulis dari pertemuan tersebut?
A : Pertemuan antara guru, orang tua, dan siswa yang dimaksud dilakukan diawal semester dengan tujuan untuk melakukan evaluasi semester sebelumnya dan diskusi terkait semester kedepan. Dalam pertemuan tersebut juga disepakati goal yang ingin dan harus dicapai masing-masing siswa dalam satu tahun kedepan. Goal yang telah disepakati oleh siswa selanjutnya direkap dan dimasukkan kedalam aplikasi yang digunakan sebagai media komunikasi antara pihak sekolah dengan orang tua siswa.
***
Pendidikan di Finlandia memiliki komitmen yang tinggi serta lingkungan yang kondusif, sehingga sekolah menjadi bagian dari proses belajar. Kekuatan Pendidikan di Finlandia adalah pada kualitas interaksi dengan siswa. Guru bukan hanya mengajar untuk suatu kelas, tapi mengajar untuk setiap siswa. Sehingga, strategi yang diterapkan guru bisa beragam, berdasarkan kondisi masing-masing siswa. Siswa yang slow learner—atau ada kendala lainnya, maka akan diberikan perhatian lebih. Proses komunikasi dengan siswa intens dilakukan, sebagai upaya menemukan solusi, bukan untuk justifikasi.
Para guru aktif mengembangkan dirinya. Terus berproses dalam belajar dan berdiskusi untuk menjadi guru yang lebih baik. Selain membangun komunikasi dengan siswa, para guru juga sangat aktif berkomunikasi dengan orang tua. Baik melalui email, ataupun aplikasi WA. Secanggih apapun teknologi yang muncul, peran guru di Finlandia tak kan tergantikan.
Lhokseumawe, 20 April 2020
Notulis,
Azwar Anas
1. Learn From Home (LFH) pertama kali diberlakukan di Finlandia pada 20 Maret 2020. Sebelum LFH diberlakukan kegiatan pembelajaran di sekolah mulai kurang kondusif pada seminggu terakhir, hingga akhirnya pemerintah mengambil keputusan untuk LFH pada tanggal tersebut. Khusus untuk siswa yang orang tuanya terlibat dalam pekerjaan yang tidak bisa ditinggalkan seperti perawat dan lainnya, mereka diizinkan untuk tetap bersekolah (khusus bagi siswa kelas rendah).
2. Sehari sebelum LFH diberlakukan, sekolah membekali para siswa mengenai tata cara LFH baik cara penggunaan aplikasi maupun cara mengakses materi pelajaran. Sekolah melalui para guru bertanggung jawab penuh dalam memperkenalkan serta mengajarkan siswa agar dapat survive selama LFH.
3. Pengalaman Naylan sebagai salah satu siswa di Finlandia mengungkapkan bahwa pada hari pertama pemberlakuan LFH pembelajaran tidak berjalan dengan baik. Masih ada siswa yang belum lancar menggunakan aplikasi yang disediakan. Namun pada masa ini para guru tidak memfokuskan diri untuk langsung belajar, melainkan masih pada tahap pembiasaan atau membangun rasa nyaman anak-anak dalam penggunaan aplikasi.
4. LFH dilaksanakan pada hari Senin sampai Jumat dengan waktu belajar diatur oleh sekolah secara beragam. Ada hari yang hanya satu mata pelajaran dan ada juga yang sampai dua atau tiga pelajaran.
5. Pembelajaran diatur secara bebas oleh guru melalui aplikasi yang digunakan. Setiap pagi para guru akan menyapa siswa melalui aplikasi serta memberikan dan menjelaskan intruksi terkait tugas atau pembelajaran yang dilakukan di hari tersebut.
6. Tugas yang diberikan guru sangat beragam dan tidak hanya fokus pada ranah kognitif semata. Para siswa juga diberikan tugas untuk melatih kedisiplinan dan social skill untuk survive seperti craft, tugas merapikan pakaian dalam lemari dan lainnya.
7. Setelah guru mengintruksikan tugas, para siswa secara mandiri menyelesaikan dan mengumpulkan tugas yang diberikan.
8. Orang tua siswa juga terlibat penuh dalam mendukung LFH. Misalnya jika ada siswa yang yang lupa mengumpulkan tugas yang diberikan, guru akan mengirimkan email pemberitahuan melalui orang tua. Guru juga menginformasikan perkembangan siswa melalui orang tua secara rutin. Sesekali dalam seminggu kepala sekolah juga memberikan evaluasi atau menginformasikan kebijakan sekolah secara umum.
9. Selama pelaksanaan LFH, ada beberapa isu atau permasalahan yang menjadi perhatian khusus orang tua siswa di Finlandia dan perlu solusi yang tepat seperti hak anak yang tidak dipenuhi oleh sekolah di masa lockdown, salah satunya hak makan siang yang biasanya difasilitasi oleh sekolah. Kemudian permasalahan keluarga atau rumah yang tidak kondusif untuk siswa belajar dikarenakan banyaknya anggota keluarga yang menempati rumah tersebut dan berbagai permasalahan lainnya.
Setelah pemaparan dari Bu Satia dan Dik Naylan, tiba saatnya peserta diskusi diberikan kesempatan untuk bertanya. Pertanyaan dibuka berdasarkan sesi. Disini saya rangkum semua pertanyaan (Q), beserta jawabannya (A).
Q : Apakah kurikulum terkait pembelajaran selama masa LFH diinformasikan oleh sekolah kepada wali murid?
A : Kurikulum atau tujuan pembelajaran diinformasikan oleh sekolah di awal semester. Untuk topik pembelajaran dikirim dalam rentang waktu seminggu atau dua minggu sekali. Kurikulum atau tujuan pembelajaran yang telah disepakati selanjutnya dievaluasi secara berkala terkait goal yang ingin dicapai apakah sudah terpenuhi atau belum.
Q : Apakah ada kesulitan yang dihadapi orang tua dalam mendampingi siswa saat LFH?
A : Diawal LFH dimulai ada sedikit kesulitan atau kendala dalam penggunaan aplikasi pembelajaran. Namun dapat diatasi dengan baik berkat bimbingan para guru. Jika kendala terkait materi pelajaran maka siswa akan mencari solusi secara langsung dengan bertanya kepada guru melalui aplikasi Whatsapp.
Q : Apakah guru dan siswa pernah melakukan pembelajaran terkait Covid-19? Bagaimana cara siswa diedukasi terkait Covid-19?
A : Guru tidak pernah melakukan atau mengaitkan materi pembelajaran dengan Covid-19. Hal ini dengan tujuan untuk meminimalisir rasa kekhawatiran siswa terkait virus yang sedang mewabah. Siswa diedukasi melalui berita atau informasi dari pemerintah setempat.
Q : Ceritakan secara singkat terkait learning diary!
A : Learning diary merupakan platfoam yang disediakan melalui sebuah aplikasi dimana siswa dapat menuangkan perasaan atau kesan (refleksi) selama pembelajaran. Refleksi yang disampaikan dapat melalui tulisan atau verbal (video atau vlog).
Q : Berdasarkan diskusi sebelumnya dengan Pak Syamsir, disebutkan bahwa setidaknya terdapat 3 tantangan dalam pelaksanaan pembelajaran daring, salah satunya kurikulum pembelajaran yang tidak siap dilaksanakan dalam kondisi pandemi seperti sekarang ini. Apakah hal ini juga terjadi di Finlandia?
A : Kurikulum pembelajaran di Finlandia sangat terbuka sehingga guru atau kelompok guru dapat dengan leluasa merumuskan topik untuk diajarkan. Sehingga meskipun dalam kondisi darurat seperti sekarang ini, para guru atau kelompok guru dapat dengan mudah melakukan revisi ulang kurikulum, tentunya dengan berbagai pertimbangan seperti kondisi siswa dan fasilitas pendukung pembelajaran yang kurang mendukung.
Q : Apakah isu fasilitas belajar daring yang kurang seperti minimnya akses internet juga terjadi di Finlandia?
A : Infrastruktur belajar seperti akses internet tidak menjadi isu penting di Finlandia. Hal ini dikarenakan penyediaan fasilitas akses internet seperti wifi yang memadai. Hampir semua rumah memiliki akses wifi yang sangat baik. Sementara itu tidak semua siswa mempunyai gadget seperti komputer atau laptop. Untuk hal ini sekolah akan memfasilitasi dengan memberikan pinjaman laptop dari sekolah.
Q : Bagaimana keterlibatan orang tua dalam mendampingi anak selama LFH?
A : Pada dasarnya anak-anak sudah dilatih dan diberikan tanggung jawab secara penuh oleh otoritas sekolah, sehingga saat pelaksanaan LFH seperti ini anak-anak sudah terbiasa untuk melaksanakan tanggung jawabnya. Keterlibatan orang tua hanya dalam beberapa bagian saja seperti jika ada anak tidak paham akan materi pelajaran yang diberikan, serta memotivasi anak untuk menyelesaikan tugas yang diberikan.
Q : Bagaimana proses pelaksanaan ujian seperti UH, UTS, bahkan US selama LFH?
A : Ujian dilaksananakan melalui aplikasi yang telah disepakati dengan siswa. Guru memposting soal atau tugas yang harus diselesaikan dan kemudian siswa mengerjakannya. Rasa saling percaya antara guru dan siswa dalam pelaksanaan ujian di masa LFH ini benar-benar ditingkatkan, dimana siswa tetap dipandang sebagai individu yang bersikap jujur dalam menyelesaikan tugas atau ujian yang diberikan.
Q : Bagaimana cara guru memberikan atau menyajikan materi pelajaran?
A : Guru menyajikan materi pelajaran melalui aplikasi yang telah disepakati dengan siswa. Materi pelajaran berupa teks tertulis (hand out) dan video. Jika ada siswa yang tidak memahami materi yang diberikan, siswa dapat langsung bertanya kepada guru melalui kontak yang telah disediakan untuk kemudian dibimbing secara individual oleh guru.
Q : Bagaimana pendapat narasumber terkait adanya siswa yang kurang partisipatif saat KBM daring? Bahkan orang tua siswa tersebut tidak dapat diajak kerjasama untuk menyukseskan KBM daring ini.
A : Otoritas sekolah sebaiknya membangun komunikasi dengan orang tua siswa bersangkutan dengan menceritakan dan menjelaskan secara rinci mengenai problem yang terjadi. Selanjutnya siswa juga diajak ngobrol dan membicarakan permasalahan yang ada berikut dengan dampak yang akan diterima jika hal tersebut terus dibiarkan.
Q : Apakah treatment atau tugas yang diberikan guru pada setiap jenjang pendidikan sama?
A : Setiap jenjang pendidikan mempunyai jam belajar dan mata pelajaran yang berbeda, semakin tinggi jenjang pendidikan siswa maka semakin tinggi dan semakin banyak pula jam belajarnya. Jika dibandingkan dengan SD, pembelajarn di SMP dan SMA lebih kompleks. Khusus untuk SMA para siswa dilatih untuk lebih mandiri seperti melalui penyediaan modul belajar oleh guru tentunya dengan beban atau target siswa pada masing-masing jenjang.
Q : Guru-guru di Findlandia terlihat sangat memahami tata cara melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya selama masa darurat seperti sekarang ini. Apakah guru sudah berpengalaman menghadapi kondisi seperti ini atau adakah para guru dibekali training khusus untuk menjalankan pendidikan di masa seperti ini?
A : Kondisi darurat Covid-19 merupakan situasi baru bagi setiap orang termasuk para guru di Finlandia. Hal ini membuat para guru pada dasarnya tidak siap menghadapi masa ini. Namun para guru harus bersikap tenang menghadapi kondisi ini dengan tujuan agar anak-anak juga ikut tenang dan tidak menimbulkan panik yang berlebihan. Para guru saling mengingatkan satu sama lain dan mencari solusi bersama baik dengan para siswa maupun dengan orang tua siswa.
Q : Bagaimana cara guru-guru di Finlandia memotivasi siswa untuk belajar?
A : Guru memotivasi siswa dengan memberikan penjelasan yang dapat dimengerti oleh para siswa. Pada dasarnya semua siswa mempunyai motivasi sendiri dalam menyelesaikan tugas yang diberikan guru. Hal ini dapat dilihat dari beberapa siswa yang secara rutin menyelesaikan tugasnya dengan cepat agar mempunyai waktu lebih banyak untuk melakukan hal lain seperti bermain dan lainnya.
Q : Apakah ada orang tua siswa yang menyatakan keberatan atau protes selama LFH dijalankan?
A : Terkait pertanyaan ini, narasumber tidak mengetahui dengan pasti. Namun berdasarkan asumsi narasumber ada beberapa orang tua yang protes khususnya bagi orang tua siswa yang anaknya masih berada di kelas rendah.
Q : Sekolah di Finlandia menerapkan sistem pertemuan diawal semester, baik dengan siswa maupun dengan orang tua siswa. Apakah pertemuan ini sifatnya hanya secara klasikal atau hanya untuk anak-anak tertentu saja? Apakah ada bukti tertulis dari pertemuan tersebut?
A : Pertemuan antara guru, orang tua, dan siswa yang dimaksud dilakukan diawal semester dengan tujuan untuk melakukan evaluasi semester sebelumnya dan diskusi terkait semester kedepan. Dalam pertemuan tersebut juga disepakati goal yang ingin dan harus dicapai masing-masing siswa dalam satu tahun kedepan. Goal yang telah disepakati oleh siswa selanjutnya direkap dan dimasukkan kedalam aplikasi yang digunakan sebagai media komunikasi antara pihak sekolah dengan orang tua siswa.
***
Pendidikan di Finlandia memiliki komitmen yang tinggi serta lingkungan yang kondusif, sehingga sekolah menjadi bagian dari proses belajar. Kekuatan Pendidikan di Finlandia adalah pada kualitas interaksi dengan siswa. Guru bukan hanya mengajar untuk suatu kelas, tapi mengajar untuk setiap siswa. Sehingga, strategi yang diterapkan guru bisa beragam, berdasarkan kondisi masing-masing siswa. Siswa yang slow learner—atau ada kendala lainnya, maka akan diberikan perhatian lebih. Proses komunikasi dengan siswa intens dilakukan, sebagai upaya menemukan solusi, bukan untuk justifikasi.
Para guru aktif mengembangkan dirinya. Terus berproses dalam belajar dan berdiskusi untuk menjadi guru yang lebih baik. Selain membangun komunikasi dengan siswa, para guru juga sangat aktif berkomunikasi dengan orang tua. Baik melalui email, ataupun aplikasi WA. Secanggih apapun teknologi yang muncul, peran guru di Finlandia tak kan tergantikan.
Lhokseumawe, 20 April 2020
Notulis,
Azwar Anas
Belum ada Komentar untuk "Belajar dari Rumah: Pengalaman Finlandia (Serial Diskusi Pendidikan Sekolah Sukma Bangsa Aceh)"
Posting Komentar