Kelas Tahfiz Daring; Setor Hafalan Untuk Diri Sendiri Dan Tuhan

 

Setelah Presiden Jokowi mengakui korona masuk Indonesia, tibalah dimana kebijakan sekolah berubah dari tatap muka menjadi tatap gawai. Sebagai salah satu sekolah di Indonesia, kami juga harus memikirkan seperti apa strategi tatap gawai yang baik. Rapat beberapa kali, mendapat masukan dari sana-sini, membaca referensi di media cetak dan online, akhirnya kami memutuskan untuk menyusun stratergi pembelajaran dengan menggunakan beragam aplikasi yang tersedia. Salah satunya adalah google classrom.

Kali ini, dalam tulisan singkat ini, saya akan sedikit berbagi kisah di kelas Tahfiz yang saya asuh. Sebagai informasi, kami menyusun pembelajaran di masa pencegahan covid-19, hanya satu mata pelajaran per hari. Dilaksanakan selama 3 JP (Jam Pelajaran) dari pukul 10.00 s.d. 12.00 wib.

Lantas, di pagi hari, sebelum pukul 10.00 wib, saat burung sedang berkicau, langit kemerahan tatkala fajar menyingsing, apa yang hendak dilakukan siswa? Tak lain dan bukan adalah setiap siswa mengikuti program Al-Quran. Ada Program Tahsin dan Tahfiz. 

Saya bukanlah seorang hafiz. Tapi untuk surat pendek, yaaah sudah terhafal sejak zaman kanak-kanak. Menjadi pengasuh kelas tahfiz adalah sebuah tantangan untuk saya sendiri. Teringat ketika kuliah dulu, saya membuat tantangan dengan seorang teman, untuk menghafal surat Ar-Rahman. Hanya berselang hari, Ar-Rahman, ludes saya hafal. Hingga berlanjut ke surat-surat yang lain.

Teman itu kini telah menjadi istri saya. J

***

“Assalamualaikum para pejuang agama Allah. Sesuai agenda, ini waktunya salat duha. Yuks kita tegakkan. Pastikan sebelumnya sudah mandi dan Wangi. Siapa saja yg sudah siap? Mohon di jawab di komentar”

Itulah sapaan saya yang pertama di google classroom. Semua siswa merespon dengan cepat dan sigap. Saya (dan saya yakin) semua siswa bergegas untuk mendirikan salat duha.

Senin, 30 April 2020 adalah hari pertama kelas Tahfiz daring. Saya menyampaikan di dinding kelas, bahwa dengan niat saling memotivasi, yuk kirimkan pose terbaik diatas sajadah dan rekaman audio mengaji. Cukup beberapa ayat saja.

Berselang beberapa menit, semua siswa mengirimkan fotonya masing-masing, dan audio rekaman bacaan mereka. Saya merasa teduh. Nyaman. Seperti sedang berada dipuncak gunung sembari menyaksikan tak hingga ciptaan tuhan yang sangat indah.

Kondisi siswa menyetor foto diatas sajadah dan rekaman audio, berlangsung selama 2 hari.

Sedang hari ke-3, yaitu Rabu, 1 April 2020, saya mengajak mereka untuk menyetor hafalan mereka dalam bentuk video.  Tentu saja, sebagai guru—dan sedang tertantang untuk menghafal Al-Quran—saya yang duluan mengirimkan video hafalan saya. uhkan

Berselang beberapa menit, tak ada yang setor. Saya mulai mengevaluasi diri. Apa kira-kira kendala yang dihadapi siswa. Namun, mulai satu persatu dari mereka mengupload video hafalan. Beberapa berkomentar, videonya terlalu berat. Jadi butuh waktu sedikit lama untuk proses uplaod.

Saya menimbang, sepertinya metode setor video kurang maksimal. Karena akan terbeban paket data yang lebih banyak, akan banyak anggaran yang dikeluarkan siswa.

Kalau saya sih enak, ada wifi di rumah J

Saya langsung bergerak ke TKP (google) untuk meriset apalikasi apa yang bisa dipakai untuk bisa tatap muka, bisa berbicara satu sama lain, dan tentunya itu bisa memenuhi kebutuhan saya.

Satelah menghitung jumlah kancing baju, akhirnya jatuh pada aplikasi ZOOM Cloud Meetings. Bisa diinstal di PC dan di android. Cara menggunakannya pun mudah alias user friendly.

Pada hari kamis, 2 April 2020, saya mengajak siswa untuk menggunakan zoom. Dimana secara live mereka menyetor hafalan. Telihat masih sangat malu-malu. Seperti mereka shooting film, lalu nonton sendiri. Tau kan gimana rasanya? Hmmmm.... J

Namun perlahan, semakin akrab dengan zoom. Setoran hafalan berlanjut hingga hari jumat, juga direncakan akan selalu menggunakan zoom. Sekalipun sesekali akan kembali ke google classroom—dimana siswa mengirimkan video rekaman setoran hafalan.

***

Bahwa menghafal Alquran bukan untuk ikut-ikutan. Kondisi ketika lidah melafaz setiap kata yang per detik itu terhubung dengan otak, adalah sebuah kelazatan yang jika dinikmati melebihi dari kelazatan apapun di dunia ini. Menghafal Ayat Allah, memahami tafsirnya, dan mengamalkan dalam perilaku sehari-hari, adalah sebuah aktivitas yang tidak mampu saya tulis dalam bentuk kata-kata. Al-Quran adalah ayat yang wajib di setor untuk diri sendiri dan tuhan. Selebihnya, tidak ada.

Lhokseumawe, 7 April 2020

Zubir Agani Seorang guru di sekolah swasta

Belum ada Komentar untuk "Kelas Tahfiz Daring; Setor Hafalan Untuk Diri Sendiri Dan Tuhan"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel