Ajaran Benar Vs Ajaran Sesat

MENYIMAK problema yang terjadi ditengah-tengah masyarakat dewasa ini, seakan islam identik dengan kekerasan. Sangat disayangkan, pembunuhan dengan cara membakar hidup-hidup, yang menimpa Tgk Aiyub Syahkubat dan pengikutnya, sebagaimana berita dikoran Serambi Indnesia (18/11/2012), telah mencoreng kedamaian dalam islam sebagaimana yang diusung Nabi Besar Muhammad saw.
Tentu, ini bukan pertama kali terjadi di tanah seribu mesjid. Sebelumnya, kasus serupa terjadi di Bireuen, di Bulan suci Ramadhan, sepasang Lansia yang diduga memiliki ilmu hitam juga harus meregang nyawa karena kekerasan yang dipertontonkan umat islam sendiri. Miris, kejadian ini terjadi di bumi syariat Islam. Begitukah cara islam menuntun umatnya ke jalan yang benar?
Merujuk pada catatan sejarah, Aceh seakan tidak pernah reda dari konflik. Pra dan Pasca Kemerdekaan. Sekarang, disaat Aceh sudah aman, disaat para investor sudah mulai berdatangan, dan bahkan disaat Aceh membuka pintu pada masyarakat dunia untuk melihat Aceh lebih dekat, melalui program Visit Aceh Year 2013, konflik berbau keagamaan pun mulai “digelar” di Aceh.  Tidak tanggung-tanggung, tema yang diusung pada Visit Aceh Years 2013 adalah Wisata Islami. sangat bertolak belakang dengan perilaku masyarakat yang semakin anarkis. Wisata islami seperti apa yang akan kita jual nanti?
Fanatikkah orang Aceh?
Masyarakat Aceh dikenal sangat fanatik pada islam. Menaklukkan Aceh sama seperti menaklukkan islam. Mengetahui hal ini, Christiaan Snouck Hurgronje masuk kedalam sisi kefanatikan orang Aceh, yaitu dengan berpura-pura menjadi islam. Hingga, Snouck Hurgronje mampu mengelabui orang Aceh, dan mendapatkan peta kekuatan perang kerajaan Aceh.
Belakangan, kekerasan yang terjadi di Aceh, juga disebabkan kefanatikan orang Aceh pada islam. Siapa saja yang berani mencoreng agama islam, maka nyawa menjadi taruhan. Tanpa komando, orang Aceh akan bersatu padu, se-ia sekata, dalam menggulung sekolompak masayarakat yang dianggap telah mencoreng ajaran islam (baca : ajaran sesat).
Lucunya, kefanatikan orang Aceh pada islam dewasa ini hanya pada kulitnya saja. Dalam artian, orang Aceh akan mengerahkan seluruh tenaganya dan akan mengorbankan nyawanya untuk membela Islam. Namun, orang Aceh (sebagian) jika disuruh untuk Shalat, meramaikan mesjid, dan hal-hal lain yang menghidupkan agama, ini yang susah. Sehingga pernah muncul idiom di masyarakat, “nyang bek tayu seumayang, tapi meunyo jireuleh Masjid, nyan prang pih jadeh”
Teladan dari Rasulullah
Dalam sebuah riwayat, ketika Rasulullah saw menyebarkan ajaran islam di kota Thoif, penduduk Thoif lansung melempari Rasulullah dengan batu, sampai kehilangan giginya. Mengetahui hal tersebut, Malaikat Jibril pun segera turun dan menawarkan bantuan kepada Rasulullah saw. Malaikat Jibril berkata, “Wahai kekasih Allah, apa yang kau ingin aku lakukan terhadap mereka. Jika kau mau aku akan membalikkan tanah yang menopang mereka sehingga mereka hilang tertelan bumi?” tawaran malaikat jibril ditolak mentah-mentah oleh Rasulullah, “Jangan wahai Jibril. Mereka melakukan itu karena mereka belum tahu. Mungkin hari ini mereka menolak ajaranku, tapi aku berharap anak cucu mereka di kemudian hari akan menjadi pengemban risalahku.”
Kalau saja pada masa itu Rasulullah menerima tawaran malaikat Jibril untuk membalikkan tanah yang menopang wilayah penduduk Thoif, maka bereslah sudah kejahatan penduduk Thoif tersebut. Namun, kelembutan, kasih sayang, merupakan amunisi yang selalu dipegang teguh dalam menyebarkan Risalah islam.
Sangat disayangkan, yang terjadi di Aceh, tidak sedikit pula masyarakat yang memberi apresiasi kepada sekolompok masyarakat yang telah menghabisi nyawa pemilik ajaran sesat. Seakan di Aceh tumbuh sekolompok masyarakat Ajaran Benar dan sekolompok masyarakat lagi ajaran sesat. Sehingga, tidak segan-segan, saat masyarakat yang berajaran sesat muncul ke permukaan, maka nyawa taruhannya. Lantas, dimanakah letak kedamaian dalam islam? Dimana pula kasih sayang dan kelemahlembutan, sebagaimana yang dicontohkan Rasulullah?
Melihat semakin semaraknya aliran sesat yang tumbuh dan mendapat hati di masayarkat Aceh, rasaya pemerintah perlu membentuk tim anti sesat. Seperti tim anti maksiat, yang bernaung dibawah Dinas syariat islam. Nantinya, setiap ada satu kelompok masyarakat yang secara sah terbukti sesat, berdasarkan fatwa ulama, maka sekolompok ajaran sesat tersebut akan didayahkan. Harapannya, setelah didayahkan, akan kembali kejalan yang benar, bukan hanya sebatas ikrar dalam surat perjanjian. Tetapi karena hati, karena iman yang kokoh bersarang didada.  Jika tidak, maka tidak menutup kemungkinan, akan lahir ajaran-ajaran baru, yang entah apa namanya, dan pembunuhanpun akan kembali terulang.
Wallahu’aklam bissawab…
Zubir Agani Seorang guru di sekolah swasta

Belum ada Komentar untuk "Ajaran Benar Vs Ajaran Sesat"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel