Aceh dalam 'Prestasi'

NANGKRINGNYA Aceh di posisi runner-up pada klasmen sementara dalam kompetisi ‘Provinsi terkorup’ sebagaimana rilis Fitra (Forum Indonesia untuk Transparansi Anggaran) baru-baru ini ‘pantas’ diacungi jempol. Betapa tidak, Negeri syariat islam, telah membuktikan pada Indonesia raya mampu duduk manis dibarisan tiga besar. Sebuah ‘prestasi’ besar di tahun 2012 yang perlu ‘dibudidayakan’ oleh Pemerintah Aceh. Tentu, ‘prestasi’ ini menjadi ‘musuh pertama’ untuk mantan warga Swedia, doto Zaini, dan cs-nya untuk membawa Aceh Baru, terdegredasi dari kompetisi ‘Provinsi terkorup’ dalam kurun waktu 5 tahun mendatang.
Keberadaan Fita menjadi sangat penting untuk melihat kiprah masing-masing provinsi dalam mempertahankan gelarnya sebagai the winner. Harapan kita, setiap tahun Fitra akan selalu merilis hasil dari kompetisi panjang yang diperebutkan oleh para wakil rakyat. Dan mampukan aceh keluar dari kompetisi seumengeut itu?
Belum puas dengan posisi runner-up, Aceh kembali digoyang oleh ‘prestasi’ terbaru yang ditoreh para pelaku pendidikan. Anak asuh dari Dinas Pendidikan, yaitu para Cek Gu di Aceh, mampu menduduki urutan ke 28 Nasional dari 33 Provinsi pada ajang ‘Uji kompetensi Guru’. ‘Prestasi’ ini tentu ‘setimpal’ dengan alokasi dana yang dikucurkan pemerintah untuk ‘mengepulkan asap’ di dapur Dinas Pendidikan.
Tidak sampai disitu, anak asuh Cek Gu, yaitu siswa/i juga mampu mengikuti jejaknya. Kemampuan lulusan SMA/SMK/MA yang bisa menembus Perguruan Tinggi Negeri berada di peringkat 31 Nasional (untuk jurusan IPA) dan peringkat 25 (untuk jurusan IPS). Hadih maja pakiban u meunan minyeuk, pakiban ku meunan aneuk rasanya sedikit pantas untuk disemat pada Pendidikan Aceh. Congratulation!
Belum lagi ‘prestasi’ olahraga Aceh di kancah Pekan Olahraga Nasional (PON) 2012 yang digelar di tanah Riau September silam. Dengan spektakuler Aceh mampu membungkam delapan provinsi lainnya, yaitu Papua Barat, Sulawesi Tenggara, Kep. Bangka Belitung, Gorontalo, Sulawesi Tengah, Bengkulu, Maluku Utara, dan Sulawesi Barat. Hingga, Aceh berada diatas kertas dari provinsi diatas dan berhak menduduki urutan ke 25 Nasional. Berarti, ‘hanya’ 24 Provinsi lagi, Aceh akan bertengger di posisi pertama alias menyabet gelar The Winner pada musim depan.
Belakangan, Aceh lagi-lagi dihebohkan oleh ‘prestasi’ pendangkalan akidah. Rasanya, ‘prestasi’ ini tidak pernah ada kata mati. Selalu menyeruak dan bergentayangan di Aceh. Sebuah Nanggroe kecil yang semenjak tahun 2001 mengumumkan pada dunia akan Syariat islam sebagai Landasan Hukum. Hingga masyarakat dunia seakan memberi ‘kepercayaan’ kepada Aceh sebagai pusat pendangkalan akidah. Ini tidak lain, tergambar dari tumbuh silih berganti Ajaran-ajaran sesat.
Semisal, Ajaran Laduni yang tumbuh di Aceh barat, ajaran Millata Abraham di Bireuen, Aliran Syiah, merupakan segelintir Ajaran sesat yang berkembang baru-baru ini dan mendapat tempat di hati masyarkat Serambi Mekkah.
Jalan Keluar
Untuk ‘prestasi korupsi’ penulis rasa, pemerintah perlu menggandeng perusahan swasta untuk melakukan audit pada setiap program / proyek yang dijalankan. Bukan rahasia lagi, setiap proyek yang dikerjakan, tidak terlepas dari indikasi korupsi. modusnya bisa bermacam-macam, mulai dari melakukan mark-up, pengerjaan tidak sesuai tender, dan sebagainya. Selama ini terkesan tanpa ada pengawasan yang serius dari pemerintah, seperti kasus Sekolah Unggul di Aceh Selatan yang dibangun ditengah-tengah hutan, dan Bupatinya sendiri menyebutkan tidak tau menau akan hal itu. Lantas, siapa yang lebih tau?
Sehingga, keberadaan pihak swasta dalam melakukan audit pada setiap program yang dijalankan di bawah Pemerintah Aceh, sangat urgen untuk direalisasikan. Pihak swasta ini, secara tidak langsung menjadi kaki tangan KPK. Dalam artian, membantu cah rauh untuk menggulung para maling-maling berpendidikan itu. Tidak hanya meng-audit penggunaan anggaran, tetapi juga manfaat dari sebuah program. Realistis?
Untuk ‘Prestasi’ Cek Gu, saatnya memisahkan “Dapur Dinas Pendidikan’ dari proyek-proyek Fisik. Sehingga, pembesar-pembesar di Dinas Pendidikan hanya akan memfokuskan tugasnya pada mega Proyek Mental Guru, bukan mental Bangunan Sekolah.
Sedangkan bagaimana setiap tahun menggenjot lulusan SMA/SMK/MA di aceh agar mampu menembus Peguruan tinggi Negeri? Ini mungkin karena sebagian besar orientasi siswa di aceh hanya untuk menembus UN. Dan untuk mencapai target ini, siswa dibantu ‘sepenuh hati’ oleh para guru, dengan memberikan kunci jawaban. Padahal, secara tidak langsung, guru telah membunuh kreatifitas, dan semangat belajar siswa. Tidak sepenuhnya juga guru yang disalahkan, ada hubungan erat dengan dinas pendidikan yang memberikan tekanan pada sekolah untuk mencapai tingkat kelulusan berdasarkan persen yang sudah ditentukan. Kondisi ini, terus berlanjut dan menjadi budaya, tak ada yang peduli. Sejatinya, mungkin beginilah cara membangun pendidikan aceh?
Begitu juga dengan ‘prestasi’ Olahraga. Kasus yang dialami Asmaul Husna, karateka Aceh yang menyumbangkan emas untuk riau tidak boleh terulang lagi. Pemilihan atlet, bukan pada siapa yang kenal siapa, tapi siapa yang mampu apa. Sehingga, para atlet yang terpilih benar-benar mewakili.
Sedang untuk ‘prestasi’ pendangkalan akidah, pemerintah perlu menggandeng Tgk dayah. Selama ini, terkesan Tgk dayah hanya menjadi penonton. Kondisi hari ini bukan lagi sekedar membongkar ajaran sesat, tapi lebih kepada membina mental masyarakat. Terutama para bocah yang masih mudah diasupi ajaran menyimpang. Jika Polisi mau membuka diri untuk merekrut Tgk dayah sebagai calon anggotanya, kenapa Pemerintah Aceh tidak mau merekrut Guru agama dari dayah?
Kini saatnya sama-sama membangun mental segenap masyarakat Aceh. Para pemimpin teguh dengan mental tidak korupsi, para guru kuat dengan mental mengabdi untuk negeri, para siswa dan atlet konsisten dengan mental juara dan berkarya, begitu juga masyarakat sipil, tertanam dihati akan mental menjaga bumi pertiwi dengan mengindahkan segala landasan hukum yang sedang berlaku. Aceh akan segera berkibar dengan bendera prestasi yang sebenarnya. Jika segenap masyarakat Aceh, sama-sama memperbaiki diri sendiri. Itu saja. InsyaAllah.
Zubir Agani Seorang guru di sekolah swasta

Belum ada Komentar untuk "Aceh dalam 'Prestasi'"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel