Catatan Perjalanan ke Finlandia: Kampus yang membahagiakan


“This is your captain speaking. We will be landing shortly. Welcome to Helsinki”
 
Suara kapten di balik pengeras suara di kabin pesawat, membuat bulu kuduk saya berdiri. Sebentar lagi, saya akan tiba di Helsinki dan akan menggali ilmu di negara yang memiliki pendidikan terbaik di dunia.

Finlandia adalah negara yang juga paling dekat dengan Aceh. Setelah tidak kurang dari 30 tahun Aceh berperang dan bencana tsunami yang maha dahsyat pada 2004, dengan jurus dingin seorang Marti Ahtisaari, mediator dari Finlandia, mampu menyemai harapan untuk Aceh melalui Memorandum of Understanding, atau yang paling akrab di telinga kita dengan kata “MoU Helsinki”.
 
Hujan menyambut kedatangan saya di Vantaa Airport. Saya bergegas ke imigrasi untuk pengecekan administrasi perjalanan. Tidak ada yang terlalu rumit ketika melewati imigrasi. Karena saya diundang oleh Universitas Tampere, saya menunjukkan surat undangan, dan dalam waktu singkat saya diperbolehkan masuk negara Finlandia. “Enjoy in Finland” ucap petugas imigrasi penuh bersahabat dan rasa terbuka.

Saya akan berada di Finlandia selama 10 hari dan akan mengikuti serangkaian kegiatan belajar di sini. Antara lain, berkunjung ke fakultas pendidikan, berkunjung ke sekolah-sekolah dan berdiskusi dengan guru-guru, presentasi pengalaman Sukma Bangsa dalam hal Pendidikan perubahan iklim, serta ikut kelas di kampus. Di luar dari itu, adalah agenda informal untuk menyelam ilmu sosial budaya.
 
Di edisi kali ini, saya akan berbagi pengalaman ketika berkunjung ke Fakultas Pendidikan, Universitas Tampere. Saya tidak sendiri, tapi ada mahasiswa post-doctoral dari Aceh—yang juga guru di Sukma Bangsa, dan seorang guru dari Malaysia. 

***
Pemandangan pertama yang asing di mata saya adalah, ada ratusan sepeda yang terparkir rapi di parkiran universitas. Mahasiswa di sini, pergi ke kampus dengan menggunakan sepeda. Selain itu, umumnya mereka berjalan kaki.

Pertama kami kunjungi adalah ruang kerajinan tangan. Segala jenis, bentuk, model kerajinan tangan ada di sini. Mulai dari kerajinan tangan dari tanah liat, ragam boneka, keset kaki, gelang, gantungan kunci dari bahan kain, dan masih banyak lagi. Calon guru harus menguasai semua jenis kerajinan tangan. Di ruangan ini juga ada mesin jahit, ada aktivitas menjahit dan produksi pakaian dari mesin jahit tersebut.

Kemudian, kami diajak ke ruang sebelahnya, yaitu ruang origami. Betapa terkesima saya ketika melihat ada ratusan bentuk origami yang sudah dibuat, digantung di dinding, di loteng, dan dipajang di lemari. Sangat indah sekali ruangannya. Calon guru juga harus menguasai seni melipat origami.

Bergerak lagi ke ruang sebelahnya, ruang seni lukis. Di sini ada banyak sekali hasil karya seni rupa dari calon guru. Terpajang di dinding, atau tertata di atas meja. Menarik sekali, bukan? Calon guru bukan hanya belajar materi pelajaran, tapi juga karya seni dan ragam kreativitas.

Mereka menempatkan nilai seni dan kreativitas setara dengan matematika, sains, dan sosial humaniora. Di sekolah, anak yang menghasilkan karya seni akan dihargai sama atau setara dengan anak yang memiliki kemampuan (prestasi) matematika yang bagus. Dan si anak pun akan bangga dengan prestasi dalam bidang apapun yang ia peroleh.

Lanjut ke ruang sebelahnya lagi, kami di ajak ke laboratorium (lab.) perkayuan. Ada bor tangan, bor mesin, dan semua peralatan yang berhubungan dengan perkayuan. Calon guru pun harus memiliki keterampilan dalam bidang perkayuan. Ada banyak sekali karya mahasiswa dari bahan kayu yang terpajang di lemari atau tertata di meja.

Di sebelah lab kayu, ada lab. logam. Ini lebih ‘aneh’ lagi dalam kacamata kita di Indonesia. Calon guru juga harus menguasai keterampilan dalam hal ‘perbesian’. Harus bisa memotong besi, baik dengan gergaji atau dengan mesin, dan keterampilan lainnya.

Sampai di sini, baiknya Anda mencoba untuk membayangkan dulu sejenak, biar tergambarkan aktivitas mahasiswa calon guru di Finlandia.

Selain dari lab. yang sudah saya sebutkan di atas, tentu saja mereka juga memiliki lab. matematika, sains, dan bahasa. Tapi tidak saya jelaskan di sini karena ini adalah sesuatu yang biasa juga di Indonesia.

Keluar dari area ruang praktik mahasiswa dan lab., kami di ajak ke lokasi ruang belajar, fasilitas umum, dan perpustakaan. Semua ini ada di satu gedung. Mari kita jelajah satu persatu.

Pemandangan yang cukup menarik di mata saya adalah, saya melihat ada banyak ayunan di dalam gedung. Sontak, saya berlari menuju ayunan dan meminta untuk di fotokan. Hampir semua ayunan terisi penuh oleh mahasiswa. Ada juga ruangan diskusi yang bisa bebas digunakan siapa saja. Layaknya seperti kafe dan sangat nyaman. Jumlah ruangan diskusi ini ada beberapa, jika satu ruangan sudah penuh, maka masih bisa digunakan ruangan yang lain.

Selain itu, ada juga ruangan yang bisa digunakan untuk rebahan. Ada sofa, kasur, dan bantal duduk (bean bag). Di sini mahasiswa bisa juga untuk tidur. Di ruangan yang sama, di pojok terpisah, ada juga area nonton yang dipisahkan dengan bilik-bilik kecil. Terlihat di semua bilik terisi penuh dengan mahasiswa yang sedang nonton dari laptopnya.

Menariknya lagi, di setiap ruangan, terdapat rak buku. Dimana-mana ada buku yang terpajang di rak, dan siapa saja boleh membaca.

Setelah itu, kami di ajak ke perpustakaan. Perpustakaan yang luas, terbagi ke beberapa pilihan area. Ada yang difasilitasi perangkat komputer di satu area, di sini mahasiswa bebas menggunakan komputer. Ada area tempat mengakses jurnal secara bebas, jurnal bisa di akses secara online dan juga offline. Di sudut yang lain, ada silent area, di sini orang-orang benar-benar terlihat sangat fokus dalam membaca atau menulis.

Suasana perpustakaan sangat menyenangkan. Di semua area dipenuhi oleh mahasiwa, baik itu mahasiwa S1 hingga mahasiswa PhD. Dari yang muda hingga yang paling tua.

Menutup perjalanan, kami di ajak ke kantin. Menunya vegetarian, campuran semua buah-buahan, sayur mentah, dan tersedia ikan secara terpisah. Namun ikannya pun, tidak lagi berbentuk ikan utuh seperti di Aceh, tapi ikan yang sudah digiling, bentuknya seperti roti.

Satu budaya di sini, setiap selesai makan, pasti akan ditutup dengan kopi. Di setiap kantin universitas menyediakan kopi gratis. Bagi orang Finlandia, belum dianggap makan jika tidak cuci mulut dengan kopi. Kampus menjadi salah satu tempat yang membahagiakan, menenangkan, dan mengenyangkan.

Mungkin itu sebab, orang Finlandia menjadi orang paling bahagia di dunia. Di kampus saja kebahagian itu dapat diperoleh dengan mudah.

Tampere, September 2023

Zubir, Peserta short course “Curriculum Development for Climate Change Education” Finlandia, Direktur Sekolah Sukma Bangsa Lhokseumawe.
Zubir Agani Seorang guru di sekolah swasta

Artikel Terkait

Belum ada Komentar untuk "Catatan Perjalanan ke Finlandia: Kampus yang membahagiakan"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel