Sekolah Adiwiyata dan Cita-cita yang Masih Panjang
Dalam praktik di lapangan, masih banyak sekali kurang di sana sini, banyak hal yang perlu dibenahi dan kebermanfaatanya harus lebih luas lagi.
Apa yang menarik bagi kami, Sekolah Sukma Bangsa, pada program adiwiyata ini? Adalah setiap sekolah tidak perlu berlomba untuk mengalahkan sekolah yang lain, tapi cukup fokus pada sekolah sendiri, fokus pada inovasi dan gerakan yang dihadirkan di sekolah.
Semua sekolah memiliki kesempatan yang sama, dan semua sekolah berhak menjadi atau mendapatkan penghargaan sekolah adiwiyata.
Bagi Aceh, isu lingkungan sebenarnya sangatlah menarik. Beberapa waktu lalu, para calon gubernur dan wakil gubernur mengikuti sesi debat publik, dan salah satu isu yang sangat cantik yang dibahas adalah Syariat Islam. Dalam ajaran islam, Sekolah Adiwiyati (baca: Pendidikan Lingkungan) adalah satu ajaran yang telah Allah sampaikan dalam banyak sekali ayatNya.
Pesan yang terkandung dalam Al-Qur’an harusnya terintegrasi dalam proses belajar mengajar di ruang-ruang kelas, dalam aktivitas harian sekolah. Atau dalam istilah barat, ini disebut Integrated teaching and learning. Ajaran Islam tidak boleh dipisahkan dari aktivitas kehidupan sehari-hari. Ajaran Islam bukan hanya soal mengadahkan tangan ke atas, bukan hanya soal praktik ibadah, tapi ajaran Islam harus selalu terkoneksi dalam sendi-sendi kehidupan.
Menarik apa yang diteliti oleh Caner Tasleman, seorang peneliti dari Turki, dalam bukunya “The Miracle of the Quran”. Tasleman merincikan, Allah menyebutkan kata “syajar” yang bermakna pohon sebanyak 26 kali dalam Al-Quran. Begitu juga, Allah menyebutkan 26 kali kata “nabat” yang bermakna tumbuhan.
Oksigen (O2) yang setiap hari kita hirup adalah bersumber dari Pohon dan juga dari tumbuhan yang ada di lautan. Maka, Pendidikan lingkungan: mendidikan karakter generasi cinta dan peduli pada lingkungan adalah bagian terpenting dalam ajaran Islam.
Tidak cukup dengan kandungan isi Al-Quran, dalam konteks Islam, ada sosok aktivis lingkungan sapanjang abad, yaitu baginda Nabi Besar Muhammad SAW. Ada banyak sekali pesan Rasulullah dalam hadisnya, tentang anjuran keberpihakan manusia pada lingkungan.
Salah satu hadis yang cukup popular, seperti yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Ahmad, “Jika terjadi hari kiamat sementara di tangan salah seorang dari kalian ada sebuah tunas, maka jika ia mampu sebelum terjadi hari kiamat untuk menanamnya maka tanamlah.” Dalam hadis yang lain, “Tidaklah seorang muslim menanam pohon, kemudian hasil dari pohon tersebut dimakan oleh burung, manusia atau binatang, melainkan itu menjadi sedekah baginya.” (HR. Imam Bukhari).
Kembali ke Integrated teaching and learning, titik tertinggi pendidikan lingkungan adalah ketika semua mata pelajaran bisa menghubungkannya dengan materi di masing-masing mata pelajaran. Guru matematika, bisa menghubungkan materi lingkungan dengan materi yang ada di matematika. Guru Bahasa Inggris bisa mengaitkan dengan materi yang ada di silabus Bahasa Inggris, dan seterusnya.
Titik tertinggi dalam proses pendidikan, seperti yang pernah disampaikan dalam pepatah arab, “Al’ilmu fissudur la fissutur“ maksudnya adalah ilmu yang dipelajari itu harus terimplementasi dalam praktik kehidupan sehari-hari. Dalam konteks barat, juga dikenal dengan istilah “learning to know” dan “Learning to do” artinya ilmu itu tidak cukup dipelajari hanya untuk diketahui, tapi harus di amalkan atau dilaksanakan.
Hal ini telah kami lakukan di Sekolah Sukma Banga. Dengan dukungan penuh dari Yayasan Sukma yang selalu mendorong untuk pengimplementasian di sekolah, memberikan kesempatan belajar kepada kami, selalu mensuplai ilmu-ilmu baru baik dari perspektif lokal, nasional, dan internasional, Pendidikan lingkungan akan semakin bertumbuh dan melebar kebermanfaatannya.
Praktik-praktik kecil yang mengarah pada pembentukan karakter warga sekolah akan selalu kami rawat dan siram supaya terus tumbuh. Ini bukan upaya mudah, tapi juga tidak susah.
Penghargaan dari Pemerintah kota Lhokseumawe, juga menjadi penyuntik semangat. Disamping juga, kami selalu mendapat pendampingan dari DLH kota Lhokseumawe, juga DLHK provinsi Aceh.
Salam hijau untuk bumi yang lebih baik.
Belum ada Komentar untuk "Sekolah Adiwiyata dan Cita-cita yang Masih Panjang"
Posting Komentar